KOMPAS.com - Keterbatasan bukan halangan bagi siswa untuk berkarya dan berinovasi. Hal itu setidaknya dibuktikan SMK Al Muhajirin, Kota Bengkulu, Provinsi Bengkulu, yang berhasil membuat prototipe gokar meski fasilitas bengkel sangat terbatas.
Empat siswa SMK Al Muhajirin, Kota Bengkulu, yang didampingi dua guru pembimbing, dalam tempo lima bulan berhasil membuat prototipe gokar. Mereka akan mengembangkan mobil yang diberi nama ME-1 itu menjadi sebuah mobil wisata berkapasitas tiga tempat duduk termasuk pengemudi.
Guru otomotif Endra Ariyantoni menuturkan, ide awal pembuatan mobil berasal dari Bambang Widayanto, siswa kelas II Teknik Kendaraan Ringan SMK Al Muhajirin. Endra kemudian menunjuk tiga siswa lain dari program Teknik Sepeda Motor, yakni Muhammad Redho, Medlingga, dan Fery, untuk menjadi tim pembuat mobil bersama Bambang. Selain Endra, guru otomotif lainnya, Dadang Hidayat, ikut membantu.
Bambang Widayanto menyampaikan, ide membuat mobil muncul setelah berkali-kali sekolahnya mengikuti Yamaha Skill Contest. "Saya lihat sekolah lain biasanya hanya menampilkan produk modifikasi motor. Motor yang dipajang saat pameran pun kebanyakan dibawa dan disewa dari bengkel umum. Kami ingin menampilkan yang berbeda. Saya terpikir untuk membuat mobil sendiri," tuturnya.
Karena fasilitas bengkel sangat terbatas, akhirnya empat siswa bersama dua guru SMK Al Muhajirin merancang desain gokar. "Seandainya fasilitas bengkel cukup lengkap, kami inginnya membuat mobil yang lebih besar," kata Bambang.
Dari mobil bekas
Hampir seluruh komponen gokar yang dibuat siswa SMK Al Muhajirin itu berasal dari mobil dan motor bekas yang dibeli di bengkel. Misalnya untuk mesin mereka menggunakan mesin motor 110 cc, suspensi memakai shockbreaker motor yang kemudian dimodifikasi, dan tangki yang dipasang adalah tangki motor bekas. Setir pun harus membuat sendiri. Komponen yang dibeli baru hanyalah aki dan sistem rem.
Mereka sempat kesulitan membuat sasis karena bengkel kerja sekolah tidak memiliki mesin bubut. Akhirnya pengerjaan sasis dari pipa besi bekas pun dilakukan di bengkel luar sekolah.
Setelah dites beberapa kali, gokar berbahan bakar bensin dari SMK Al Muhajirin itu mampu melaju dengan kecepatan hingga 80 kilometer per jam. Adapun dimensi mobil ini panjang 200 sentimeter dan lebar 103 sentimeter.
Endra menambahkan, biaya pembuatan gokar sebesar Rp 8 juta, semuanya ditanggung Yayasan Al Muhajirin yang menaungi SMK Al Muhajirin bersama dengan TK dan Madrasah Ibtidaiyah Al Muhajirin serta SMP Nusantara.
Setelah gokar jadi dan dilihat oleh Wali Kota Bengkulu Ahmad Kanedi, Kanedi menantang siswa SMK Al Muhajirin untuk mengembangkan mobil tersebut menjadi mobil wisata yang bisa dinaiki dua wisatawan. Dan, siswa SMK Al Muhajirin menyanggupi itu.
Selain menambah satu gokar lagi, SMK Al Muhajirin juga akan mengembangkan gokar yang sudah ada menjadi kendaraan wisata. Menurut Endra, rencananya, jika mobil wisata itu sudah jadi akan ditawarkan kepada Pemerintah Kota Bengkulu untuk dibeli sebagai kendaraan wisata.
Langganan juara
Dalam Yamaha Skill Contest se-Provinsi Bengkulu tiga tahun berturut-turut, 2009-2011, SMK Al Muhajirin selalu menjadi juara pertama. Bahkan, pada 2011 sekolah itu menjadi juara II Yamaha Creative se-Sumatera dan juara I Honda 2nd Technical Contest for Technical High School se-Provinsi Bengkulu.
Hadirnya gokar buatan siswa menjadi tonggak baru dalam perjalanan sekolah yang berdiri sejak 2004 itu. Pendidikan vokasional di SMK Al Muhajirin yang selama ini hanya mencetak teknisi otomotif yang kompeten ternyata mampu melahirkan inovator. Tidak hanya memiliki keterampilan memperbaiki kendaraan, tetapi lebih dari itu, siswa mampu mendesain sendiri kendaraan.
Keberhasilan empat siswa membuat prototipe gokar diharapkan mampu memotivasi siswa lain untuk lebih kreatif menghasilkan karya yang sama atau bahkan lebih baik lagi.
Sebenarnya, menurut Endra, Kepala SMK Al Muhajirin berkeinginan siswa mampu membuat satu produk otomotif. Akan tetapi, cita-cita itu terbentur pada faktor dana dan fasilitas bengkel yang terbatas.
"Dari sisi tenaga pengajar di bidang otomotif, SMK Al Muhajirin sudah bagus. Namun, ya, itu. Alat-alat untuk praktik di bengkel kami masih sangat terbatas. Tidak ada mesin bubut, mesin pres, dan lain-lain," kata Dadang Hidayat.
Endra berharap, ke depan, pemerintah daerah mampu menggelar kompetisi inovasi otomotif bagi siswa SMK sehingga akan memicu kreativitas siswa. Kompetisi penting artinya agar motivasi siswa terbangun.
Editor :
Caroline Damanik
Anda sedang membaca artikel tentang
Berinovasi di Tengah Keterbatasan
Dengan url
https://coffeeasoy.blogspot.com/2012/11/berinovasi-di-tengah-keterbatasan.html
Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya
Berinovasi di Tengah Keterbatasan
namun jangan lupa untuk meletakkan link
Berinovasi di Tengah Keterbatasan
sebagai sumbernya
0 komentar:
Posting Komentar