\"Pesan Budaya\" dalam Arsitektur Gereja di China

Written By bopuluh on Rabu, 09 Oktober 2013 | 21.35

www.designboom.com

Dikelilingi pemandangan hijau yang indah, gereja ini dikembangkan di lahan seluas 280 meter persegi untuk kepentingan umat Kristiani. Namun demikian, desain ini tidak hanya menyediakan ibadah, tetapi juga tempat rekreasi dan berkumpul bagi orang-orang desa di sekitarnya.

www.designboom.com

Mengambil dari bentuk benih atau biji sesawi sebagai unsur metafora yang terkenal di dalam Injil, struktur melengkung desain gereja ini menandai elemen dinding yang dibagi menjadi tiga bagian.

www.designboom.com

Pemakaian pintu dan jendela berbentuk transparan, serta mebel bambu buatan tangan oleh petani lokal membuat kehadiran gereja ini tampak sederhana. Yang pasti, dekat dengan kehidupan masyarakat sekitar. Itulah pesanya.

www.designboom.com

Yang menarik, pengunjung dapat berjalan-jalan di sepanjang atap, lalu bersantai sejenak di dek sekadar untuk menikmati pandangan jauh ke atas pegunungan dan danau.

www.designboom.com

Pemakaian pintu dan jendela berbentuk transparan, serta mebel bambu buatan tangan oleh petani lokal membuat kehadiran gereja ini tampak sederhana. Yang pasti, dekat dengan kehidupan masyarakat sekitar. Itulah pesanya.
KOMPAS.com - Mengkomunikasikan pesan budaya agama dengan cara yang halus sangat bisa tersampaikan melalui arsitektur. Upaya inilah yang dilakukan O Studio, sebuah perusahaan arsitek di China, pada "Gereja Benih".

Gereja ini terletak di pegunungan Iuofu, China, satu dari tujuh gunung yang terkenal dengan budaya Tao dan kuil-kuil Budha. Dengan bentuk-bentuk garis melengkung, desain gereja ini lebih banyak bermain cahaya dan pantulan bayangan untuk menyampaikan "pesan budaya" tadi. Tak heran, unsur religius Barat nyaris tidak terlihat di sini. 

Dikelilingi pemandangan hijau yang indah, gereja ini dikembangkan di lahan seluas 280 meter persegi untuk kepentingan umat Kristiani. Namun demikian, desain ini tidak hanya menyediakan ibadah, tetapi juga tempat rekreasi dan berkumpul bagi orang-orang desa di sekitarnya.

Mengambil dari bentuk benih atau biji sesawi sebagai unsur metafora yang terkenal di dalam Injil, struktur melengkung desain gereja ini menandai elemen dinding yang dibagi menjadi tiga bagian. Satu pintu menghadap ke tenggara dengan bentuk bukaan silang. Dengan cara ini, matahari pagi leluasa masuk ke dalam ruangan-ruangannya.

Pintu kedua menghadap arah barat dan menjadi penghalang bagi matahari sore. Adapun pintu yang menghadap utara dibuat untuk mengakomodasi kebutuhan fasilitas toilet.

Atap teras mengambang memungkinkan sinar matahari dari utara bisa menyebar ke dalam ruangan dan memberikan penerangan lebih dramatis ke ruang utama gereja, terutama dari pintu masuk utama menuju ruang sembahyang. Yang menarik, pengunjung dapat berjalan-jalan di sepanjang atap, lalu bersantai sejenak di dek sekadar untuk menikmati pandangan jauh ke atas pegunungan dan danau.

Dibangun dengan material alami dan non-dekoratif, struktur utama bangunan ini berbahan beton dan rangka bambu. Tekstur bambunya masih tersisa di permukaan beton sehingga mengurangi efek kerasnya dinding beton. Hal ini juga menjadi tampak selaras dengan pepohonan dan pemandangan hijau di sekitarnya.

Tak hanya itu. Pemakaian pintu dan jendela berbentuk transparan, serta mebel bambu buatan tangan oleh petani lokal membuat kehadiran gereja ini tampak sederhana. Yang pasti, dekat dengan kehidupan masyarakat sekitar. Itulah pesannya.


Anda sedang membaca artikel tentang

\"Pesan Budaya\" dalam Arsitektur Gereja di China

Dengan url

http://coffeeasoy.blogspot.com/2013/10/budaya-dalam-arsitektur-gereja-di-china.html

Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya

\"Pesan Budaya\" dalam Arsitektur Gereja di China

namun jangan lupa untuk meletakkan link

\"Pesan Budaya\" dalam Arsitektur Gereja di China

sebagai sumbernya

0 komentar:

Posting Komentar

techieblogger.com Techie Blogger Techie Blogger