Pada ulang tahunnya yang ke-123, kondisi Museum Radya Pustaka hampir tak berubah seperti tahun-tahun sebelumnya. Hanya saja sudah mulai terlihat dindingnya putih bersih setelah dicat, demikian pula pintu-pintunya yang berhias ukiran. Namun, batas waktu revitalisasi museum selama 100 hari yang dimulai sejak 4 September lalu tersebut masih menyisakan banyak pekerjaan. Koleksi-koleksi museum pun masih ditaruh di peti atau diselubungi plastik agar tidak kotor.
"Selama saya kerja 10 tahun di sini, belum pernah ada perbaikan bangunan. Vitrin-vitrin-nya (tempat untuk memajang koleksi museum) banyak yang keropos bagian belakangnya. Museum ini seperti orang sakit yang dibiarkan. Saya seperti merasa mereka bisa bicara dan ikut merasakan kondisi mereka," kata staf Museum Radya Pustaka, Soemarni Wijayanti, di sela-sela selamatan atau wilujengan hari ulang tahun ke-123 Museum Radya Pustaka, Senin (28/10/2013).
Revitalisasi museum yang menelan biaya lebih dari Rp 800 juta ini menjanjikan penampilan museum yang lebih segar. Kesan suram museum diharapkan sebentar lagi akan sirna. Namun jika revitalisasi hanya sebatas fisik, perubahan penampilan saja barangkali masih tidak mampu menarik kecintaan masyarakat terhadap warisan yang dimiliki museum.
Ketua Komite Museum Radya Pustaka Purnomo Subagyo menuturkan, perbaikan fisik bangunan akan diikuti penataan koleksi. Pihaknya akan melengkapi narasi untuk koleksi-koleksi yang ditampilkan agar masyarakat lebih memahami arti dan nilai suatu koleksi.
"Kalau koleksi tempat lilin hanya ditulisi tempat lilin, apa menariknya. Kami harus bisa menyajikan cerita yang menyertai tempat lilin ini, misalnya buatan tahun berapa, materialnya apa, pernah dipakai siapa, dan dalam suasana apa. Tetapi memang butuh waktu untuk menggali informasi ini," ujar Purnomo.
Pihaknya juga berencana mendigitalisasi koleksi naskah-naskah kuno untuk kemudian ditranslasikan dan diterjemahkan. Lantas hasilnya dibukukan dan dijual kepada masyarakat umum."Hasil penjualan buku ini bisa untuk pemasukan museum sehingga lama-kelamaan museum bisa mengurangi subsidi dari pemerintah kota dan pada akhirnya mandiri," kata Purnomo.
Dari balik selubung plastiknya yang berdebu, patung pendiri museum ini, Kanjeng Raden Arjo (KRA) Sosrodiningrat IV 'menunggu' terwujudnya impian tersebut. Paling tidak, museum sebagai gudang ilmu pengetahuan dan nilai-nilai sejarah yang bisa menjadi sumber inspirasi anak bangsa lebih diperhatikan kondisinya seperti seharusnya. (eki)
Editor : I Made Asdhiana
Anda sedang membaca artikel tentang
123 Tahun Museum Radya Pustaka, Berusaha Bangun dari Sakit
Dengan url
http://coffeeasoy.blogspot.com/2013/10/123-tahun-museum-radya-pustaka-berusaha.html
Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya
123 Tahun Museum Radya Pustaka, Berusaha Bangun dari Sakit
namun jangan lupa untuk meletakkan link
123 Tahun Museum Radya Pustaka, Berusaha Bangun dari Sakit
sebagai sumbernya
0 komentar:
Posting Komentar