AWAL musim semi di kota Toulouse, Perancis. Bunga beraneka warna bermekaran. Suhu udara 5-10 derajat celsius terasa lebih hangat berbalut terik matahari. Kota tua yang dijuluki "kota merah muda" dengan bangunan-bangunan berbahan bata merah itu seakan menyambut pengunjung dengan senyuman.
Toulouse, berjarak 590 kilometer di selatan Paris, pada masa lalu sangat strategis sebagai jalur penghubung karena terletak 150 kilometer dari Laut Mediterania dan 300 kilometer dari Samudra Atlantik. Kota dengan luas daratan 118,3 kilometer persegi ini menyimpan dua situs warisan dunia yang ditetapkan UNESCO.
Canal du Midi, yang pada 1996 ditetapkan sebagai situs warisan dunia, mengawali persinggahan kami. Begitu nama kanal itu disebut, sopir taksi yang mengantar kami dengan antusias menunjukkan dan mengantar kami ke lokasi jalur air ternama di Eropa itu.
Canal du Midi yang bermakna kanal dari dua laut (canal of the two seas) menyimpan jejak kedigdayaan Perancis dalam menciptakan sistem pengairan dan transportasi modern pada abad ke-17. Panjang kanal ini sekitar 240 kilometer membelah kota Toulouse serta membentang antara kota Bordeaux dan kota Sète di selatan Perancis.
Kanal yang dibangun pada 1654-1694 itu ditujukan sebagai jalur pintas penghubung Laut Mediterania dengan Samudra Atlantik. Jalur air ini sekaligus untuk memotong rute panjang Selat Gibraltar penghubung Laut Mediterania-Samudra Atlantik yang dikenal rawan perompak di masa lalu.
Kanal yang dirancang Pierre-Paul Riquet itu awalnya diresmikan dengan nama Canal Royal de Languedoc. Situs UNESCO mencatat, proyek besar yang juga melibatkan sejumlah ahli teknik dan arsitek itu dilengkapi 382 struktur konstruksi, di antaranya jembatan, terowongan, pintu air, jembatan, katup, dan bendungan.
Kelestarian jejak eksotis Canal du Midi hingga kini terjaga. Canal du Midi mempertahankan ciri khas, pada kedua sisi kanal terbentang jalan setapak yang dinaungi pepohonan rindang yang berderet rapi. Sejak 1830 tercatat 42.000 pohon ditanam di sepanjang kanal untuk menjaga daya dukung tanah dan resapan. Sekalipun pemangkasan pohon telah dilakukan beberapa kali, pohon-pohon menjulang itu masih cukup terawat.
Canal du Midi juga terhubung dengan Canal de Brienne yang menuju Sungai La Garonne. Sungai Garonne bermuara di Laut Atlantik. Di salah satu bagian Sungai Garonne terbentang Jembatan Pont Neuf berdinding batu berwarna kemerahan yang menawan dengan tujuh lengkung jembatan berbentuk asimetris.
Pont Neuf yang bermakna "jembatan baru" juga menjadi salah satu ikon kota Toulouse. Jembatan yang melintasi Sungai Garonne tersebut kerap menjadi tempat nongkrong kaum muda-mudi. Tepian Sungai Garonne yang bebas dari permukiman dilengkapi dengan sarana publik, seperti tempat duduk, areal bermain, dan tentunya jalan setapak.
Selepas menikmati keindahan Pont Neuf, kami mengunjungi Basilika Santo Sernin yang juga merupakan situs warisan dunia yang ditetapkan UNESCO pada 1998. Gereja sederhana yang mulai dibangun pada abad ke-5 tersebut didirikan sebagai penghargaan terhadap Saturnin, uskup pertama dan martir Toulouse, yang hidup pada abad ke-3 Masehi.
Nama Santo Sernin berasal dari lafal Occitan (bahasa dialek di Perancis selatan) untuk Saturnin. Pada 250, Saturnin wafat setelah diseret oleh banteng kurban (sacrificial bull) di depan kuil rakyat (sekarang Place Esquirol). Gereja Notre Dame du Taur lalu memperingati rute berdarah dan wafatnya Santo Saturnin dengan mendirikan basilika sederhana pada abad ke-5, di atas makamnya.
Pada abad ke-11 hingga abad ke-12, Basilika St Sernin direnovasi menjadi basilika nan megah. Demikian pula, pada pertengahan abad ke-19, arsitek Viollet-le-Duc memulai serangkaian pekerjaan restorasi. Kemudian dilanjutkan oleh departemen Monumen Bersejarah pada 1968-1998.
Jejak keindahan bangunan klasik berumur hampir 1.000 tahun itu masih terpancar elok. Gereja berdinding bata merah itu memancarkan arsitektur gaya Romawi yang terlihat dari pilar-pilar penyangga pada interior gereja, atap berukir, ukiran pada dinding batu, serta pintu kayu setinggi dinding yang tebal. Pada bagian atas gereja terdapat menara segi delapan (oktagonal) lima tingkat setinggi 65 meter yang memiliki pengaruh kuat arsitektur Romawi dan gotik.
Gereja St Sernin tidak hanya berfungsi menjadi tempat ibadah, tetapi juga telah menjadi obyek wisata. Sejumlah pelajar sekolah menengah yang masuk ke dalam gereja berbincang dengan guru mereka dan berfoto-foto di depan altar sepanjang sore.
Menutup senja di tepi Sungai Garonne menjadi pilihan yang tepat. Air sungai menorehkan warna kemilau keemasan. Beberapa ekor bebek berenang ke tepian. Semilir angin lembut menerpa wajah mengantarkan suasana teduh menjadi kian romantis.
Sejumlah muda-mudi hingga warga paruh baya menghabiskan sore di tepian sungai untuk lari, joging, dan berjalan-jalan. Ada yang duduk berbincang-bincang, membaca, ataupun melamun. Jalan setapak tersebut juga menjadi rute yang ideal bagi para pesepeda.
Pengunjung yang ingin menikmati lebih jauh pemandangan di sepanjang Canal du Midi dan Sungai Garonne dapat memanfaatkan jasa tur wisata dengan perahu kecil. Tata kota yang menghargai kesinambungan air telah mempertahankan keberadaan sungai dan kanal menjadi urat nadi pengairan, sekaligus menghidupkan pariwisata kota.
Romantisisme keindahan sungai dan kanal itu tiba-tiba terantuk oleh bayangan Sungai Ciliwung di Ibu Kota Jakarta. Kondisi sungai yang pernah menjadi jalur transportasi dan sumber air baku berabad-abad silam itu kini jauh terbelakang, tak ubahnya halaman belakang tempat membuang limbah, sampah, dan hajat yang mencipta air pekat kehitaman dan berbau.
Argggh… Secepat kilat bayangan itu memudar tatkala semburat mentari di atas Sungai Garonne menyapu kalbu dan mencipta bayangan diri di permukaan air. (BM Lukita Grahadyarini)
Ikuti twitter Kompas Travel di @KompasTravel
Anda sedang membaca artikel tentang
Menikmati Warisan Dunia
Dengan url
http://coffeeasoy.blogspot.com/2013/03/menikmati-warisan-dunia.html
Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya
Menikmati Warisan Dunia
namun jangan lupa untuk meletakkan link
sebagai sumbernya
0 komentar:
Posting Komentar