KOMPAS.com - Tak mudah bagi siapa pun menghadapi kenyataan kehilangan anggota keluarga. Termasuk orangtua yang kehilangan anak untuk selamanya, karena menderita sakit dan telah melewati perjalanan panjang berjuang melawan kanker.
Pinta Manullang, ibu dari Anyo, anak penderita kanker darah (leukimia) dan pendiri Yayasan Anyo Indonesia melewati masa sulit ini berbekal ketangguhan, semangat tinggi dan berdamai dengan diri, demi sang buah hati.
Pinta dan Sabar Manullang, memiliki tiga anak: Andrew Manullang (Anyo), Andri Manullang, dan Abel Manullang. Anyo yang ceria tak pernah menunjukkan gejala-gejala mencurigakan. Ia lahir normal pada 14 Juni 1989. Namun, Anyo yang selalu unggul dalam pelajaran, tiba-tiba didiagnosa terkena leukemia pada usia 11.
Vonis ini menjawab kecurigaan Pinta dan Sabar, melihat Anyo yang sering mengeluh sakit perut dan demam. Tubuhnya kurus dan lemah, mirip orang yang terkena tifus. Setelah memeriksakan Anyo ke empat dokter di rumah sakit berbeda, hasilnya, kondisi Anyo tetap buruk. Setelah melakukan tes darah di laboratorium, diketahui Anyo mengidap leukemia.
Sikap orangtua
Setelah menjalani berbagai pengobatan hingga ke Belanda, Anyo meninggal di usia 19,5. Pinta dan Sabar juga keluarga, berserah, menerima kenyataaan namun bukan berarti tanpa perjuangan.
"Masa pengobatan panjang dan tidak mudah. Orangtua dan keluarga harus berani menghadapi proses, harus kuat. Usia di tangan Tuhan, tapi kita harus berani menghadapinya," tutur Pinta saat berbincang bersama Kompas Female di sela kegiatan membatik bersama di Yayasan Anyo Jakarta, beberapa waktu lalu.
Menurut Pinta, orangtua yang mendampingi anak penderita kanker harus bisa berdamai dengan diri. "Terutama pasangan hidup, harus satu hati satu suara menghadapi apa pun," ungkapnya.
Menerima proses, mensyukuri, berusaha sambil berdoa, inilah sumber kekuatan Pinta dan suami dalam mendampingi buah hati berjuang melawan kanker. Pinta mengakui, tak mudah memang untuk menjalaninya namun setiap proses harus dihargai, jangan terburu-buru hanya ingin cepat sembuh.
"Berdamai dengan diri, menerima bahwa ini bukan kutukan bukan dosa warisan," ujar Pinta mengungkapkan rahasia ketabahannya.
Pinta mengatakan, penolakan dari diri sendiri merupakan faktor yang tersulit dalam menghadapi anak yang menderita kanker. Munculnya rasa sedih dan marah selama menjalani pengobatan dan mendampingi anak dengan kanker, juga hal wajar. Namun penting bagi pasangan suami istri untuk tetap solid.
"Tak sedikit suami istri yang kemudian saling menyalahkan, bahkan ada yang bercerai saat mendampingi anak penderita kanker. Menjalani semua hal dalam kondisi baik saja sulit, apakagi jika kondisi pasangan suami istri memburuk," ujarnya.
Penting juga bagi orangtua untuk memiliki pendirian kuat saat mendampingi anak penderita kanker. Juga keberanian untuk berkomitmen terutama dalam menjalani pengobatan, dan tak tergoda mengambil risiko hanya karena termakan janji cepat sembuh.
"Kalau kurang kuat pendirian, orangtua bisa mudah tergoda ketika diiming-imingi obat di luar medis, hingga pengobatan alternatif, yang menjanjikan cepat sembuh. Katanya lebih murah, padahal lebih mahal. Lalu, jika tak berhasil kembali ke medis dengan kondisi sudah parah, pengobatan alternatif pun menjadi percuma. Risiko semacam ini sebaiknya dihindari, dan bersabar dengan perawatan medis," sarannya.
Perhatian keluarga
Tak mudah bagi orangtua menjalani proses pengobatan anak penderita kanker. Karenanya dukungan dari keluarga punya peran besar. Namun dukungan pun tak bisa sembarangan. Keluarga besar perlu memahami kondisi anak penderita kanker, dan mengerti bagaimana kesulitan orangtuanya dalam menjalani proses ini.
Pinta mengalaminya. Ia banyak mendapatkan dukungan keluarga. Ia pun menyadari, kekeluargaan di Indonesia sangat kuat. Namun, sebagai orangtua, Pinta dan Sabar punya cara untuk memproteksi Anyo, berdasarkan pengalaman dan pengetahuannya mendampingi anak penderita kanker. Anak penderita kanker bisa meninggal bukan karena kanker, tapi penyakit lain yang menyerangkan karena pertahanan tubuh yang sangat melemah.
Bentuk dukungan keluarga yang kurang tepat, justru bisa menularkan penyakit pada anak penderita kanker yang kondisi fisiknya melemah terutama saat kemoterapi.
"Saya melarang keluarga datang berkunjung, bersalaman selama Anyo menjalani kemoterapi. Dokter pun menyarankan pasien tidak dijenguk. Karena dalam situasi ini pertahanan tubuhnya nol. Bahkan batuk pun bisa menimbulkan masalah. Ia bisa meninggal karena penyakit lain bukan kanker," tutur Pinta.
Orang sehat yang menjenguknya, meski bermaksud memberikan perhatian kepada anak penderita kanker bisa berisiko menimbulkan penyakit. Karenanya, jika pun kondisi penderita kanker bisa dijenguk, pastikan orang sehat selalu mencuci tangan sebelum kontak langsung dengan penderita kanker. Kebiasaan cuci tangan yang sederhana ini berdampak besar bagi penderita kanker yang berada dalam kondisi rentan.
Bagi Pinta, kebiasaan harian yang sederhana, sikap keluarga dan bentuk perhatian punya pengaruh besar bagi keberlangsungan hidup penderita kanker. Belum lagi penanganan medis yang juga perlu mendapatkan perhatian besar dari orangtua. Salah penanganan, termasuk saat menjalani terapi, bisa menyebabkan kelumpuhan.
Pinta menegaskan pentingnya menyikapi situasi penderita kanker, juga keluarganya dengan tepat. Sekali lagi, tak mudah bagi keluarga mana pun untuk menjalani proses dan menerima bahwa buah hatinya harus menjalani begitu banyak pengobatan dan tahapan dengan harapan kesembuhan. Pertanyaan sederhana seperti, "Kenapa kambuh lagi?" bagi Pinta juga keluarga mana pun dengan anak menderita kanker, akan sangat menyiksa dan menimbulkan emosi. (Berlanjut ke Bagian II)
Editor :
wawa
Anda sedang membaca artikel tentang
Pinta Manullang: Tangguh dan Berdamai dengan Diri - Bagian I
Dengan url
http://coffeeasoy.blogspot.com/2013/01/pinta-manullang-tangguh-dan-berdamai_26.html
Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya
Pinta Manullang: Tangguh dan Berdamai dengan Diri - Bagian I
namun jangan lupa untuk meletakkan link
Pinta Manullang: Tangguh dan Berdamai dengan Diri - Bagian I
sebagai sumbernya
0 komentar:
Posting Komentar